Cerita Bocah Angon Kebo Dolok Merangir
Berikut adalah penggalan cerita seputar Titi Gundul tentang riwayat para BOCAH ANGON KEBO Dolok Merangir pada masanya dulu.
Bagi anak-anak yang sudah beranjak remaja dan tentunya sudah lebih mengerti tentang apa arti berhati-hati, selain sewaktu-waktu dengan cara mereka sendiri juga ikut menikmati atraksi yang dilakukan oleh adik-adiknya seperti di atas, maka pada hari-hari lain, khususnya menjelang hari raya Idul Fitri, ada kesempatan lebih menantang yang terbuka untuk mereka. Itu adalah waktunya di mana mereka perlu berlomba dan bersaing ketat guna mendapatkan kepercayaan dari panitia penyelenggara "potong kebo" agar terpilih menjadi sularelawan bocah angon! Event ini sudah lama berlangsung dan seakan sudah pula menjadi tradisi dari generasi ke generasi anak-anak Dolok Merangir.
Setidaknya sampai pertengahan tahun 70-an, diorganisir oleh pengusaha bernama Pak Kurnia Ginting, setiap menjelang hari raya Idul Fitri, biasanya manajemen Goodyear selalu mendatangkan belasan ekor kerbau dari luar Dolok Merangir untuk sekurang-kurangnya selama satu bulan penuh dipelihara dan dirawat dengan baik oleh panitia sebelum akhirnya disembelih guna dibagikan dagingnya kepada seluruh karyawan.
Setidaknya sampai pertengahan tahun 70-an, diorganisir oleh pengusaha bernama Pak Kurnia Ginting, setiap menjelang hari raya Idul Fitri, biasanya manajemen Goodyear selalu mendatangkan belasan ekor kerbau dari luar Dolok Merangir untuk sekurang-kurangnya selama satu bulan penuh dipelihara dan dirawat dengan baik oleh panitia sebelum akhirnya disembelih guna dibagikan dagingnya kepada seluruh karyawan.
Foto illustrasi: Merdeka. |
Untuk penanda, lambung tiap-tiap kerbau tsb diberi nomor urut yang ditoreh dengan cat sehingga tidak akan luntur sampai tiba waktunya disembelih. Remaja-remaja yang beruntung terpilih menjadi bocah angon kebo tadi pun mendadak menjadi pemilik kerbau dalam pengawasan panitia berdasarkan nomor pilihannya masing-masing. Karena periode ini jatuh pada bulan puasa dan masanya liburan sekolah, maka sambil menunggu waktu berbuka, setiap hari, sejak pagi hingga petang, mereka sibuk ramai-ramai menggembalakan kumpulan kerbau ini dari satu lokasi ke lokasi lainnya sambil "gede rumangsa" merasa gagah duduk di atas punggung kerbaunya masing-masing. Terkadang mereka yang "baik hati" berkenan pula membonceng adik-adik kelasnya yang merengek-rengek ingin ikut merasakan juga bagaimana menyenangkannya duduk di atas punggung kerbau, namun masih belum beruntung karena dianggap "belum cukup umur."
Foto illustrasi: Two Eggs |
Menjelang sore, sebelum kembali ke kandang, biasanya rombongan ini berbaris - atau ada kalanya saling berpacu sehingga mengejutkan warga karena suara gemuruh langkah belasan kerbau yang dipacu oleh bocah-bocah angon ini seolah-olah akan menabrak dan merobohkan rumah mereka - di sepanjang jalan menuju ke Titi Gundul di mana kemudian mereka memandikan kerbaunya masing-masing.
Foto illustrasi: sixtenindo |
Menggembala, memilih panganan sehat agar kerbaunya cepat gemuk, memandikan, menyayangi, dan berbagai interaksi lain, terutama kontak pribadi yang bersifat individual antara bocah angon dan kerbaunya masing-masing ini, bagi yang pernah merasakannya tentu saja menjadi kenangan tersendiri yang sangat sulit untuk dilupakan. Terlebih lagi karena pada dasarnya mereka bukan anak petani atau anak peternak yang akrab dengan dunia perkerbauan, sehingga kemudian beberapa di antaranya pun ada yang demikian "jatuh cinta" pada kerbau yang sempat dipeliharanya.
Karenanya, tidak heran bila pada waktu penyembelihan akhirnya tiba, sekalipun peristiwa ini merupakan atraksi atau tontonan tersendiri bagi kebanyakan anak-anak lainnya, beberapa bocah angon ini memilih untuk tidak hadir menyaksikannya karena benar-benar merasa tidak tega melihat kerbau kesayangannya disembelih!
Ya, bayangkan saja jika anda adalah salahsatu dari bocah angon dimaksud.
Itu sebabnya kenapa di kemudian hari, bila berbicara tentang Titi Gundul ini, masing-masing anak Dolok Merangir yang menyimpan kenangannya sendiri-sendiri di sana sepakat untuk sama-sama menyatakan bahwa Titi Gundul adalah situs bersejarah bagi mereka.
RENOVASI
Sekitar tahun 1986, kondisi Titi Gundul buatan manajemen Goodyear yang sudah sangat tua direnovasi oleh penerusnya; manajemen Bridgestone dengan perobahan penting, yaitu penambahan pagar pengaman di sisi kanan kirinya.
Dengan demikian, sejak saat itu ciri khas jembatan istimewa ini pun praktis hilang, kecuali namanya yang tetap disebut sebagai Titi Gundul.
Sedangkan setelah sekian dasawarsa berlalu, hari ini Titi Gundul bukan lagi "taman wisata gratis" bagi anak-anak Dolok Merangir jaman now, karena selain lebar sungainya sendiri sudah menyusut, air yang mengalir di bawahnya pun sudah sangat tidak bersahabat bagi ikan-ikan air tawar dan rili shrimp yang imut-imut, karena sudah terlanjur keruh bercampur lumpur.
Yang tertinggal di sana kini hanya kenangan manis masa kecil saja, khususnya bagi anak-anak Dolok Merangir jaman baheula!
[Catatan NS | Dari berbagai sumber]