Reuni sebagai ajang pamer Status Sosial?
Sesungguhnya Reuni Dolok Merangir yang pertama itu diselenggarakan di Medan atas prakarsa Alm. Pak Musinan dan sponsorship Pak Kasim Siyo. Kemudian dilanjutkan yang kedua di Medan. Kedua-duanya berlangsung meriah dan sukses.
Atas kedua sukses itulah muncul pemikiran untuk menyelenggarakannya di Dolok Merangir dan ternyata lebih sukses lagi diselenggarakan di tribun lapangan bola Dolok Merangir dengan inti acara pertemuan kangenan dimalam harinya, dilanjutkan esok paginya dengan acara napak tilas ke Titi Gundul dan Sumber Sere.
Setelah tiga reuni tsb, karena merasakan beberapa handycap pengorganisasian yang dihadapi untuk penyelenggaraan di Dolok Merangir sebelumnya, teman-teman kemudian menyelenggarakan reuni parsial sesuai kelompok dan tempat tinggal di Dolok Merangir, dan diselenggarakan berpindah tempat sesuai kebutuhan, di antaranya di Sinaksak, Serbelawan, Binjai dan Stabat.
Reuni Stabat memutuskan untuk diadakan kembali reuni yang berlokasi di Dolok Merangir dan menyerahkan seluruh penyelenggaraannya kepada muda-mudi Dolok Merangir dengan pembiayaan penuh dari mantan-mantan yang berada di seluruh Indonesia, dan ternyata juga sukses.
Jika ada suara sumbang bahwa reuni di Dolok Merangir tsb merupakan ajang pamer status, tentu kesemuanya dapat ditanyakan kepada panitya penyelenggaranya yang seluruhnya adalah putra-putri yang masih bermukim di Dolok Merangir.
Dan sepertinya sangat tidak rasional jika dikatakan putra-putri Dolok Merangir yang menyelenggarakan reuni tsb dengan tujuan untuk mengundang pengunjungnya memamerkan status sosial mereka.
[Gito Bantas | Tanggapan untuk opini tentang Reuni]
[Gito Bantas | Tanggapan untuk opini tentang Reuni]